Kelas : 4EB03
KELOMPOK
12
Aprilianing Tyas (21212018)
Putri Nur Athovia (25212780)
Fajar Riyandi (22212726)
M.Iqbal (24212361)
PENGEMBANGAN
AKUNTANSI TRANSLASI MATA UANG ASING
Praktik
akuntansi mata uang asing telah berkembang seiring waktu dalam respon terhadap
meningkatnya kompleksitas operasional multinasional dan perubahan dalam sistem moneter
internasional.
Pra-1965
Sebelum
1965 praktik translasi mata uang asing pada banyak perusahaan AS dipandu oleh
Bab 12 Accounting Research Bulletin No.43. Pernyataan tersebut mengadvokasi
metode current-noncurrent. Keuntungan dan kerugian transaksi ditambahkan secara
langsung terhadap pendapatan. Keuntungan dan kerugian translasi mata uang asing
dimasukkan ke dalam keuntungan selama periode yang ada. Kerugiannya diakui
dalam pendapatan lancar,sementara
keuntungan translasi mata uang asing ditangguhkan dalam akun tunda di neraca
pembukuan dan digunakan untuk menutup kerugian translasi mata uang asing dalam
periode yang akan datang.
1965-1975
ARB No.43 memperolehkan beberapa pengecualian khusus dalam metode current-noncurrent. Dalam keadaan khusus persediaan dapat ditranslasikan dengan kurs historis. Utang jangka panjang terjadi untuk mendapatkan asset jangka panjang yang disajikan ulang dengan kurs saat ini saat terdapat perubahan besar dalam nilai tukar (kemungkinan permanen). Setiap perbedaan akuntansi disebabkan oleh penyajian ulang dari utang yang diperelakukan sebagai bagian dari biaya dari asset. Lebih jauh, translasi mata uang asing seluruh pembayaran dan penerimaan mata uang asing pada kurs saat ini tersebut diperbolehkan setelah accounting principles board opinion No.6 dikeluarkan pada tahun 1965. Perusahaan tersebut memberikan pilihan translasi mata uang asing lain bagi perusahaan dalam ARB No.43.
ARB No.43 memperolehkan beberapa pengecualian khusus dalam metode current-noncurrent. Dalam keadaan khusus persediaan dapat ditranslasikan dengan kurs historis. Utang jangka panjang terjadi untuk mendapatkan asset jangka panjang yang disajikan ulang dengan kurs saat ini saat terdapat perubahan besar dalam nilai tukar (kemungkinan permanen). Setiap perbedaan akuntansi disebabkan oleh penyajian ulang dari utang yang diperelakukan sebagai bagian dari biaya dari asset. Lebih jauh, translasi mata uang asing seluruh pembayaran dan penerimaan mata uang asing pada kurs saat ini tersebut diperbolehkan setelah accounting principles board opinion No.6 dikeluarkan pada tahun 1965. Perusahaan tersebut memberikan pilihan translasi mata uang asing lain bagi perusahaan dalam ARB No.43.
1975-1981
Untuk mengakhiri perbedaan metode pada standar translasi mata uang asing sebelumnya, Financial acccounting Standards board (FASB) mengeluarkan FAS No.8 pada tahun 1975. Pernyataan ini secara signifikan mengubah praktik perusahaan asing AS dalam memasukkan GAAP AS dengan menerima metode translasi mata uang asing kurs sementara. Sama pentingnya, penangguhan keuntungan dan kerugian translasi mata uang asing tidak diperbolehkan lagi. Keuntungan dan kerugian translasi mata uang asing dan transaksi harus diakui dalam pendapatan saat periode perubahan kurs.
FAS
No. 8 ternyata kontroversial. Sementara beberapa menghargai usulan yang
teoritis, banyak yang tidak menyetujui atas ditorsi yang ditimbulkan dalam
pendapatan perusahaan.
Keputusan tersebut dikritik karena menghasilkan akuntansi yang tidak sejalan
dengan realitas ekonomi. Efek yo-yo atas
FAS No.8 pada pendapatan perusahaan juga disebabkan beberapa pemikiran diantara
perusahaan multinasional. Mereka menghawatirkan jika laporan perusahaan akan
muncul lebih mudah berubah daripada perusahaan domestik, dengan demikian menekan
harga saham mereka.
1981-sekarang
Pada bulan mei 1978, FASB mengundang komentar masyarakat tentang 12 keputusan pertamanya. FASB mempertimbangkan FAS No.8 dan setelah beragam public meeting dan dua penjelasan berkas, akhirnya mengeluarkan Statement of Financial Accounting Standards No.52 pada tahun 1981.
GAMBARAN STANDARD NO.52/STANDAR AKUNTANSI INTERNASIONAL
Tujuan
translasi mata uang asing dalam FAS No.8 berbeda secara substansi dari FAS
No.52 FAS No.8, mengadopsi perspektif induk perusahaan dengan memberi syarat
bahwa laporan keuangan mata uang asing dipresentasikan jika seluruh transasi
mengikuti mata uang yang digunakan induk perusahaan.
Pada level internasional, IASB mengeluarkan keputusan
paralel, IAS 21, yang sekarang berkembang untuk mengklarisfikasi persyaratannya
dan memecahkan masalah implementasinya. Keduanya, FAS No.52 dan versi baru IAS
21 bertujuan untuk :
1. Menampilkan,
dalam laporan gabungan , hasil keuangan dan keterhubungan dihitung dengan mata
uang primer yang dikonsolidasikan anatara laporan induk dan anak perusahaan
bisnis (dengan mata uang fungsional).
2. Menyediakan
informasi yang secara umum kompatibel dengan efek ekonomi yang diharapkan pada
perubahan nilai tukar pada ekuitas dan arus kas perusahaan.
Translasi
Saat Mata Uang Lokal adalah Mata Uang Fungsional
Jika
mata uang fungsional dalah mata uang asing yang tercatat dan dimasukkan, maka
laporan keuangannya ditranslasikan
ke dalam dolar menggunakan metode kurs saat ini. Hasil keuntungan dan kerugian
translasi mata uang asing diungkapkan dalam komponen yang terpisah dalam
ekuitas gabungan.Hal tersebut menjaga rasio laporan keuangan karena dikalkulasikan
dari pernyataan mata uang lokal.
Prosedur kurs yang digunakan saat ini adalah :
1. Seluruh
asset dan kewajiban asing distranslasikan terhadap dolar menggunakan nilai
tukar yang berlaku pada tanhggal neraca; akun modal ditranslasikan pada kurs historis.
2. Pendapatan
dan beban ditranslasikan menggunakan nilai tukar yang berlaku pada waktu
transaksi , walaupun nilai tukar rata-rata tambahan dapat digunakan untuk
kelayakan.
3.Keuntungan
dan kerugian dilaporkan dalam komponen ekuitas gabungan pemegang saham yang
terpisah.penyesuaian nilai tukar tersebut tidak dimasukkan kedalam laporan laba
tugi hingga operasional luar negeri telah terjual / investasi telah diputuskan
tidak bernilai.
Translasi
saat Mata Uang Induk Perusahaan adalah Mata Uang Fungsional
Saat
mata uang induk perusahaan adalah mata uang fungsional asing gabungan, laporan
keuangan mata uang asing tersebut akan dihitung terhadap dolar menggunakan
metode kurs sementara. Seluruh keuntungan dan kerugian translasi mata uang
asing muncul dari proses translasi mata uang asing dimasukkan dalam perhitungan
current-periode income.
Spesifiknya :
1. Asset dan kewajiban moneter serta non moneter bernilai
pada harga pasar saat itu ditranslasikan menggunakan nilai tukar yang berlaku
pada saat laporan keuangan; item non moneter lainnya dan modal ditranlasikan
pada kurs historis.
2. Pendapatan dan beban ditranslasikan menggunakan nilai
tukar rata-rata untuk periode kecuali item yang berhubungan dengan item non
moneter(contoh, biaya penjualan dan bebab depresiasi), yang ditranslasikan
menggunakan kurs historis.
3. Keuntungan dan kerugian translasi mata uang asing
direfleksikan pada pendapatan lancar.
Translasi
saat Mata Uang Asing adalah Mata Uang Fungsional
Usaha
gabungan asing mungkin akan tetap mencatat pembukuannya dalam satu mata uang
asing saat mata uang fungsionalnya adalah mata uang asing lain. Dalam situasi
ini, laporan keuangan akan dihitung ulang dari mata uang lokal ke dalam mata
uang fungsional (metode kurs sementara) lalu ditranslasikan ke dalam dolar AS
menggunakan kurs saat ini.
PERMASALAHAN PERHITUNGAN
Para
pengguna akun gabungan harus mengerti beberapa permasalahan jika mereka ingin
menginterpretasikan dengan tepat efek keuangan akibat translasi mata uang
asing. Beberapa permasalahan tersebut adalah:
a.
Perspektif Laporan
Dalam mengadopsi mengenai mata uang fungsional, FAS
N0.52 dan IAS 21 mengakomodasi perspektif laporan baik dari induk perusahaan
maupun local dalam laporan keuangan gabungan.
b.
Apa yang terjadi dengan Harga Perolehan
Dalam
melakukan translasi suatu saldo yang diukur berdasarkan harga perolehan dengan kurs nilai tukar kini akan
menghasilkan jumlah dolar AS yang bukan harga perolehan ataupun nilai lancar. Jumlah yang
ditranslasikan tersebut bertentangan
dengan deskripsi teori.
Harga perolehan merupakan dasar GAAP AS dankebanyakan
aktiva luar negeri dari kebanyakan perusahaan multinasional memiliki pengukuran harga perolehan.
c.
Konsep Pendapatan
pada keputusan translasi mata uang asing yang telah
dijelaskan, penyesuaian muncul dari laporan keuangan mata uang asing dan
transaksi tertentu yang dibuat berhubungan langsung dengan ekuitas pemegang
saham, dengan cara tidak menghitung laporan laba-rugi. Gunanya adalah untuk
memberikan pengguna laporan jumlah pendapatan yang lebih akurrat dan tidak
membingungkan.
d. Laba Terkelola
d. Laba Terkelola
keterangan translasi mata uang asing seperti
yang baru saja dijelaskan memberikan cara untuk mengelola laba. Beberapa bukti
pengelolaan laba muncul saat mengetahui kapan metode translasi mata uang baru
digunakan. Sebagai contoh, bukti mengenai wkatu keputusan penggunaan translasi
mata uang asing di inggris, SSAP 20, memperlihatkan bahwa perusahaan memilih
untuk tidak menggunakan standar translasi mata uang asing untuk mempengaruhi performa keuangan mereka dan
mencapai tujuan keuangan perusahaan. Motif semacam itu mengurangi kredibilitas
laporan keuangan perusahaan multinational gabungan.
TRANSLASI
MATA UANG ASING DAN INFLASI
Hubungan terbalik antara tingkat inflasi sebuah Negara
dengan nilai eksternal mata uangnya telah ditunjukan secara empiris. Sehingga
penggunaan kurs saat ini untuk mentranslasikan biaya asen nonmoneter yang
bertempat dalam kondisi yang cenderung berinflasi akan menghasilkan padanannya
mata uang domestic jauh dibawah nilai aslinya. Pada saat yang bersamaan, laba
yang ditranslasikan akan lebih besar karena berhubungan dengan depresiasi
biaya. Hasil seperti ini menginformasikan hal yang salah. Valuasi dolar yang
lebih rendah biasanya meremehkan kekuatan laba sebenarnya dari asset dalam mata
uang asing yang didukung oleh inflasi lokal, dan kembali terjadinya inflasi
pada rasio investasi oprasional asing yang dapat membuat ekspektasi yang salah
mengenai keuntungan dimasa depan.
FASB memutuskan untuk menentang penyesuaian inflasi
sebelum translasi mata unag asing, karena beranggapan bahwa penyesuaian semacam
itu tidak akan konsisten terhadap kerangka kerja valuasi-harga perolehan yang
digunakan dalam dasar laporan AS. Solusinya, FAS No.52 menbutuhkan penggunaan
dollar AS sebagai mata uang fungsional untuk oprasional asing yang berdomisili
di Negara dengan tingkat inflasi yang sangat tinggi (seperti Negara yang
tingkat kumulatif inflasinya melebihi 100 persen dalam periode tiga tahun).
Prosedur tersebut akan mempertahankan padanannya dollar konstan terhadap asset
dengan mata uang asing, karena mereka akan ditranslasikan pasa kurs historis
(dengan metode kurs sementara). Metode ini memiliki batasan tersendiri.
Pertama, translasi mata uang asing pada kurs historis akan bernilai hanya jika
tingkat inflasi antara Negara tempat anak perusahaan dan Negara induk
perusahaan berkorelasi negative dengan nilai tukar. Jika tidak, padanannya
dolar atas dalam mata uang asing dalam kondisi yang mudah inflasi akan menjadi
salah. Jika tingkat inflasi dalam ekonomi yang inflasinya sangat tinggi menurun
dibawah 100 persen dalam tiga tahun mendatang, beralih terhadap metode kurs
saat ini (karena mata uang lokal akan menjadi mata uang fungsional) akan
menghasilkan penyesuaian translasi mata uang asing yang signifikan untuk usaha
gabungan, karena nilai tukar akan berubah secara signifikan untuk sementara.
Pada kondisi seperti itu ekuitas pemegang saham dengan kerugian translasi mata
uang asing pada asset tetap dengan mata uang asing akan menimbulkan efek yang
signifikan pada rasio keuangan dengan ekuitas pemegang saham sebagai
pembaginya. Permasalahan pada translasi mata uang asing tidak dapat dipisahkan
dari permasalahan akuntansi inflasi mata uang asing.
TRANSLASI MATA UANG ASING DI MANA SAJA
TRANSLASI MATA UANG ASING DI MANA SAJA
Kita sekarang melihat secara singkat mengenai
translasi mata uang asing dibelahan dunia lainnya. Canadanian Institute of
Chartered Accountans (CICA), Accounting Standards Board Inggris, serta
International Accounting Standards Board berpartisipasi dalam pertimbangan yang
menghasilkan FAS No. 52. Oleh karena itu, tidaklah mengejutkan untuk menemukan
bahwa standar hubunngan mereka sangat sejalan dengan FAS No.52.
Gambaran khusus dalam standar Kanada (CICA 1650) fokus terhadap utang asing jangka panjang. Di Kanada,
keuntungan dan kerugian dari translasi mata uang asing ditangguhkan dan
diamortisasi karena tidak diakui sebagai pendapatan. Janada telah mengeluarkan
berkas exposure draft kedua yang mengajukan untuk mengiliminasi
pendekatan penangguhan dan amortisasi.
Perbedaan besar antara Inggris dan Amerika Serikat
berhubungan dengan anak perusahaan yang berada di Negara dengan tingkat inflasi
yang sangat tinggi dan mata uang fungsionalnya adalah mata uang lokal. Di
Inggris laporan keuangan harus disesuaikam terlebih dahulu terhadap level harga
saat itu lalu di translasikan menggunakan kurs saat ini; Amerika Serikat
menggunakan metode kurs sementara.
Terakhir, terdapat perbedaan besar yang penting antara
IAS 21 (revisi) dan FAS No. 52. Pada IAS 21, laporan keuangan anak perusahaan
yang berada di Negara dengan inflasi tinggi harus disesuaikan untuk
merefleksikan perubahan dalam harga secara umum sebelum translasi mata uang
asing, standar yang dilakukan Inggris.
Jepang telah mengubah standar mereka untuk menggunakan
kurs saat ini pada semua kondisi, dengan penyesuaian translasi mata uang asing
yang diperlihatkan pada neraca dalam ekuitas pemegang saham. Petunjuk Uni Eropa
keempat dan ketujuh tidak memiliki ketentuan mengenai translasi mata uang
asing. Sebagai hasilnya, praktik translasi mata uang asing sangat beragam.
Bagaimanapun, praktik translasi mata uang asing di Eropa mulai mengerucut
karena International Financial Reporting
Standards menjadi norma pelaporan untuk perusahaan-perusahaan terdaftar di
Uni Eropa. Penelitian ini menyarankan bahwa stadar translasi mata uang asing
mulai terpusat secara global dalam FAS No.52 dan IAS 21.
Frederick D.S Choi , Gary K. Meek .2010.International Accounting. Jakarta: salemba empat.